Kamis, 26 Juli 2012

Tepung bulu (feather meal)


Tulisan ini mengenai salah satu UKM yang berlokasi di daerah Kabupaten Garut Jawa Barat yang memproduksi pakan ternak dari bulu ayam.
Analisa bisnis dilakukan secara menyeluruh, dari mulai industri, perkembangan pasar dan finansial, namun disini saya hanya mau “share” mengenai industri pakan ternak ini apakah memang merupakan usaha yang prospektif.

Secara makro, sektor peternakan mampu berkontribusi cukup besar terhadap
  1. Produk Domestik Bruto (PDB),
  2. ketahanan pangan,
  3. peningkatan rata-rata pendapatan penduduk nasional dan
  4. penciptaan  lapangan kerja.
Saat ini pembangunan peternakan memberikan
       kontribusi PDB sebesar Rp 86 triliun
       melibatkan 4 juta rumah tangga peternak.
Oleh karena itu tidak mengherankan jika sektor peternakan diharapkan sebagai sektor pertumbuhan baru, baik dalam bidang pertanian maupun ekonomi nasional. http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Potret%20Industri%20Pakan%20Nasional%20%28Mitra%29%20final.pdf

Perkembangan yang pesat dari industry di tanah air saat ini tidak terlepas dari industry penunjang lainnya yaitu industry pakan ternak. Diperkirakan, khusus untuk memenuhi kebutuhan pakan ayam pedaging (broiler) produksi pakan terus meningkat. 

Hal ini terlihat dari produksi DOC (Day Old Chick) untuk ayam pedaging pada tahun 2008 sebesar 1,25 milyar ekor dengan rata-rata produksi DOC mencapai 23 juta ekor. Sedangkan saat produksi anak ayam untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia rata-rata sebesar 31 juta ekor per pekan atau 1,3 miliar ekor per tahun.   http://www.bisnis.com/articles/bibit-obat-and-pakan-ternak-masih-impor

   

 
http://www.bankmandiri.co.id/indonesia/eriview-pdf/LGYL50533344.pdf

Ditinjau dari sisi permintaan, konsumsi produk unggas diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi dalam 5 tahun ke depan. Konsumsi daging ayam ditargetkan mencapai 7 kg perkapita / tahun pada tahun 2015 dari saat ini yang  hanya sekitar 4,8 kg perkapita/tahun.
http://www.bankmandiri.co.id/indonesia/eriview-pdf/LGYL50533344.pdf

Kebutuhan pakan ternak di Indonesia pada 2009 sebanyak 9,7 juta ton, 9,9 juta ton pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 sekitar 11,2 juta ton. Sementara itu, kebutuhan pakan ternak pada tahun 2012 diperkirakan akan mencapai 12,3 juta ton.
http://www.bisnis.com/articles/bibit-obat-and-pakan-ternak-masih-impor

 Pakan komponen yang sangat vital, disebabkan biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam usaha peternakan mencapai 60 – 75%.
salah satu kunci utama keberhasilan usaha peternakan adalah bagaimana dapat menguasai pembuatan pakan yang baik, bernilai ekonomis dan memiliki daya saing di pasaran.
Sebagian besar bahan-bahan masih diimpor , harga pakan ternak terus melambung akibat ketergantungan pada bahan baku impor saat ini sekitar 70% bahan baku masih diimpor, baik pakan, obat, dan teknologi lainnya.http://www.datacon.co.id/MakananTernak2008.html

                            

Kondisi 1
  1. Penggunaan bahan pakan sumber protein memegang peranan yang sangat utama dalam menyusun formula untuk pakan ternak agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal.
  2. Pada saat ini kebutuhan bahan pakan sumber protein konvensional dimana masih menggunakan kedelai dan tepung ikan.
  3. Kebutuhan bahan baku  industry pakan ternak  nasional terhadap protein konvensional seperti bungkil kedelai mencapai 1,62 juta ton pertahun dan masih bergantung kepada impor.
  4. Ketergantungan industry pakan ternak unggas ditanah air merupakan salah satu persoalan yang sangat penting untuk dipecahkan dimasa mendatang.
  5. Karena kebutuhan kedelai masih bergantung kepada impor dan merupakan komoditi pangan yang sangat penting untuk tempe dan tahu.
Kondisi 2
  1. Dampak Negatif yang ditimbulkan oleh industry peternakan ayam yaitu rumah potong ayam berupa terganggunya sanitasi lingkungan akibat limbah bulu ayam yang menimbulkan bau dan merupakan sumber penyebaran penyakit.
  2. Produk akhir ini sangat mengganggu kesehatan (Periasamy and Subash,2004), selain itu juga menimbulkan dampak penurunan kualitas tanah karena limbah bulu ayam sulit terurai karena memiliki keratin dan protein berupa serat, oleh sebab itu hal ini merupakan masalah yang serius bagi lingkungan (Savitha et al. 2007)
  3. Jumlah ayam yang dipotong terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga bulu ayam yang dihasilkan juga meningkat dan sekaligus menimbulkan permasalahan apabila tidak dikelola dengan baik.
 
Bulu ayam merupakan produk samping yang berasal dari pemotongan ayam. Potensi bulu ayam sebagai salah satu komponen pakan sangat mungkin mengingat perkembangan industri perunggasan di Indonesia 
berkembang pesat. 
                                       

Bulu ayam mengandung protein kasar sekitar 80-91 % dari bahan kering (BK) melebihi kandungan protein kasar bungkil kedelai 42,5 % dan tepung ikan 66,2 %
Pemanfaatan limbah bulu ayam sebagai sumber protein broiler diyakini mampu meminimalkan dampak lingkungan dari limbah bulu ayam dan menciptakan ramah lingkungan industri peternakan.
http://www.majalahinfovet.com/2007/12/pakan-ternak-tumbuh-7-pertahun-capai.html


PELUANG PASAR

Pakan ternak kebutuhan di Indonesia pada 2009 sebanyak 9,7 juta ton, 9,9 juta ton pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 adalah sekitar 11,2 juta ton. Sementara itu, kebutuhan untuk pakan ternak pada tahun 2012 diperkirakan akan mencapai 12,3 juta ton.
http://www.bisnis.com/articles/bibit-obat-and-pakan-ternak-masih-impor

Ditinjau dari sisi permintaan, konsumsi produk unggas diperkirakan tumbuh cukup tinggi dalam 5 tahun ke depan. Konsumsi daging ayam ditargetkan mencapai 7 kg per kapita / tahun pada tahun 2015 dari saat ini yang hanya sekitar 4,8 kg per kapita / tahun. http://www.bankmandiri.co.id/indonesia/eriview-pdf/LGYL50533344.pdf

 

 KETERSEDIAAN BAHAN BAKU

Didalam tabel ini adalah cara menghitung ketersediaan bahan baku, dengan melakukan penghitungan ini akan lebih meyakinkan mengenai ketersediaan bahan baku.

  

   

Setidaknya dari gambaran Industri, kebutuhan pasar dan ketersediaan bahan baku memberikan gambaran apakah UKM ini memiliki potensi untuk berkembang? 

Sedikit gambaran msecara umum mengenai UKM yang mengolah limbah bulu ayam menjadi tepung bulu (feather meal)

PD CIPTA MANDIRI
  1. didirikan pada tahun 2008, oleh Aris Hermawan.SE,  belum mendapatkan fasilitas pembiayaan dari Bank seluruh investasi dan kebutuhan modal kerja menggunakan modal mereka sendiri.
  2. Tahun 2003 - 2006, Mr Aris Hermawan.SE bekerja di Dong Woon Sab Ub (Korea Selatan) salah satu perusahaan yang memproduksi feather meal.
  3. Kembali ke Indonesia, mengembangkan bisnis tepung bulu. dengan memahami situasi pasar dan melakukan eksperimen untuk mesin 2007 sampai pertengahan tahun 2008,
  4. Dalam kegiatan usaha Bapak Aris Hermawan.SE menemani oleh Mr Yusep Hikmat Firdaus.
  5. Sebelum memutuskan untuk membuat pabrik pengolahan dan makan mesin bulu Pak Aris dan Yusep bertemu dan berdiskusi dengan Mr Abbas Arfanni (CV. ARIMA), salah satu pabrik pupuk pemasok Japfa Comfeed Pemalang, Jawa Tengah Kontrak segera menawarkan 150 ton / bulan,
SOSIAL ASPECT
       Membantu masyarakat lokal di daerah Kabupaten Garut karena bisnis yang dijalankan di daerah pedesaan Perusahaan ini telah mempekerjakan 20 karyawan.
       Berkolaborasi dengan 12 kolektor kepala di beberapa daerah - dan 300 kolektor bulu ayam di daerah Bandung untuk memasok bahan baku.
       Membantu peternak unggas, ikan rumnansia petani atau dalam penyediaan makanan murah.
       Meningkatkan pendapatan rumah tangga dan untuk meningkatkan pendapatan lokal adalah dampak positif pada masyarakat terutama mereka yang tinggal di sekitar pemotongan ayam broiler.
       Memberikan nilai ekonomi yang lebih baik, peningkatan pendapatan petani / pedagang ayam.
       Pemanfaatan bulu sebagai makanan bahan baku industri menjadi komoditas perdagangan adalah membuka kesempatan kerja,
       Keberadaan dan pengembangan industri bulu makan memiliki dampak positif bagi wilayah tersebut.
       Pemanfaatan limbah bulu ayam broiler mampu meminimalkan dampak lingkungan dari limbah bulu ayam
       Menciptakan industri peternakan yang ramah lingkungan.
 
          

Dari grafik diatas terlihat saat ini perusahaan masih memiliki pasar yang sangat luas, kemampuan produksi saat ini hanya mampu memenuhi 13% dari permintaan pasar yang potential.